Difteri dipicu oleh suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Anak-anak berisiko terkena penyakit ini. Lalu bagaimanakah cara pencegahan dan pengobatannya?
Baru-baru ini wabah difteri terjadi di kota Malang. Dikutip dari detikNews beberapa waktu lalu, Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Malang menyebut 212 anak didiknya carrier (pembawa) bakteri difteri. Libur sekolah disebut sebagai langkah deteksi dini penularan. Pekan depan para pelajar sudah dinyatakan kembali mengikuti belajar mengajar.
Difteri adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejalanya berupa sakit tenggorokan, demam dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan.
Bahaya difteri ini dapat menginfeksi organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. Beberapa pasien juga bisa mengalami infeksi kulit. Berikut tanda-tanda dan gejala umum dari difteri:
– Tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu.
– Radang tenggorokan dan serak.
– Pembengkakan kelenjar pada leher.
– Masalah pernapasan dan saat menelan.
– Demam dan menggigil.
– Tanda-tanda shock, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat dan jantung berdebar cepat.
Apa penyebab difteri?
Bakteri penyebab difteri menyebar melalui partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Jadi jika kamu menghirup partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, kamu akan tertular difteri.
Bagaimana cara mencegah difteri?
Cara terbaik pencegahan difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin difteri biasanya diberikan melalui imunisasi DPT (Difteri, Tetanus dan Pertusis) sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan. Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.
Untuk anak usia di atas 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap akan melindungi terhadap tetanus, difteri, dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. Ini juga termasuk untuk orang dewasa.
Bagaimana cara mengobati difteri?
Umumnya dokter akan memberikan dosis antitoksin rendah dan meningkatkan kadar secara bertahap. Setelah itu memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Setelah diberikan obat-obatan, dokter dapat merekomendasikan dosis pendorong vaksin difteri setelah sehat untuk membangun pertahanan terhadap bakteri difteri.
Pasien dengan difteripun harus tetap tinggal di rumah sakit untuk mengawasi reaksi pengobatan dan mencegah penyebaran penyakit.
Sumber : https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-4758822/tentang-difteri-pencegahan-hingga-pengobatannya
Dsg MKT : Jumat, 25 Oktober 2019